TEYU

berjuang bersama di dunia berharap temu di surga FINURI Bila telah terdapat cahaya keimanan dalam diri seorang manusia, maka cahaya itu akan menampakkan dan mengeluarkan semua potendi positif manusia. Bahkan orang lainpun dapat merasakannya

Rabu, 30 April 2008

semua sudah diatur

Semua Sudah di Atur
Sakit bisa menjadikan kita sedih, jengkel, kecewa, putus asa, bahkan berujung tidak percaya diri. Karena sakit, aktifitas apa saja menjadi terbengkalai karena memang tubuh ini harus istirahat.
Apa salah orang yang sakit? Tentu tidak bisa di salahkan seratus persen. Karena semua itu kehendak Allah. Sakit merupakan hal yang tidak disengaja karena yang mengaturnya adalah sang pengatur kehidupan. Tidak ada yang kebetulan di alam semesta ini. Semuanya terkendali olehnya. Oleh karena itu kita harus mencari hikmah dari sakit itu sendiri.
Apapun yang sudah terjadi tidak dapat berubah. Karena, semuanya sudah terekam dalam perjalanan waktu. Itu artinya apapun yang telah berlalu baik kejadian kecil maupun besar semuanya sudah teertulis dan sekarang kita kenal dengan sebutan takdir. Namun sebelum segala sesuatu itu terjadi kita berhak untuk mengusahakan sesuai kehednak dan keinginan kita. Mari kita coba meneropong kebelakang. Pernahkah kita merasa sakit? Dan coba kita berusaha mencari hikmah atau apa maksud dari penyakit yang Allah berikan.
Aku jadi teringat kejadian beberapa tahun lalu. Saat itu aku mersa menjadi orang yang tidak bergun. Sebelumnya aku begitu percaya diri bahwa aku mampu melakukan banyak hal. Tapi ketika Allah menghadiahkanku ujian berupa penyakit (kusebut hadiah Karenna begitu berharga), aku putus asa. Bagaimana tidak. Allah mengambil penglihatan yang dipinjamkan untukku, tidak hanya itu. Setelah penglihatanku Allah kembali menguji dengan menghilangkan fungsi kaki sebelah kiriku(lumpuh).
Aku marah, berontak, kecewa, putus asa, semuanya menyatu. Yang ada dipikiranku bagaimana aku menghadapi hidup ini tanpa penglihatan, Apakah aku kaan terus menjadi beban orang lain. Teman2ku bisa terus melanjutkan menuntut ilmu sementara aku hanya bisa berdiam diri tanpa melakukan apa2. Apa yang bias dilakukan oleh orang buta, pikirku.
Awalan kupikir mungkin tidak ada lagi yang mau berteman denganku. Tapi ternyata tidak, aku malah tau siapa teman2 yang benar2 tulus menjadikanku teman. Saat aku putus asa mereka terus memberi semangat. Termasuk keluargaku. Di otakku masih terekam jelas percakapanku dengan mama.
“ma…maafkan, aku tidak bisa lagi berguna untuk mama. Aku tidak bisa kuliah, tidak bisa membanggakan mama” kataku sambil menangis memeluk mama erat
“kata siapa kamu tidak bisa jadi apa2” jawab mama mengelus kepalaku dengan sayang. Aku masi saja menangis seakan tidak bisa menerima takdir.
“sepandai apapun kamu, gelar apapun yang kamu raih tapi tanpa iman dan taqwa kamu tidak ada gunanya. Kamu masi bisa menjadi wanita yang baik, wanita shalihah dan harus kamu lakukan” bujuk mama
“ma aku pengen bisa menghafal qur’an, walaupun tidak semuanya. Tapi kayanya sudah tidak bisa lagi. Bacapun tidak bisa” tangisku tak tertahan
“masi bisa, untuk menghafal tidak harus di baca”
“memangnya bisa yah?
“bisa asalkan kamu berusaha dan mau terus mencoba”Kata mama.
Mungkin aku tidak melihat air mata mama, tapi aku bisa mendengarkan tangis mama yang tertahan.
Esok harinya mama membawakan teip recorder plus kaset murattal juz 1 yang di lantunkan oleh Abdurrahman Assudais. Kurang lebih satu bulan aku dirawat sampai akhirnya aku keluar dengan datangnya pertolongan Allah. Sebelum aku keluar dari RS ada saat aku tidak bisa menerima takdir, sampai pada akhirnya aku bernazar untuk berpuasa selama 30 hari jika aku bisa melihat kembali. Sayangnya nazar itu bukan untuk kesembuhanku tapi hanya untuk penglihatanku. Tapi aku tetap bersyukur, aku kini bisa melihat lagi. Yang pasti aku pernah merasakan bagaimana rasanya jadi orang buta, belajar untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, walaupun harus menghitung tiap langkah dari tempat yang satu ketempat yang lain.Aku tetap bisa menghafal qur’an meski tidak membacanya, tapi mendengarkan. Sampai aku bisa melihat kembali aku menghafal surah al baqarah sampai ayat yang berbunyi” fabaddalalladziina dzalamuuu……….”. Tidak banyak tapi bagiku sangat berkesan .
Banyak hal yang dapat kupetik dari ujian ini. Meski awalnya aku marah, benci tapi saat ini aku sangat bersyukur pernah mengalaminya. Ngomong2 setelah aku bisa melihat masih ada lagi cobaan yang Allah berikan, tapi karena aku sudah lelah lain kali aja ceritanya.
Kisah ini untuk mengingatkan diriku sendiri untuk senantiasa bersyukur. Karena sejujurnya ada saat aku banyak mengeluh. Padahal nikmat yang Allah berikan ini sungguh tidak bisa kuungkapkan dengan kata2.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda